Tuesday, December 10, 2013

Lost in Hong Kong (again)

Akhir Oktober kemarin saya mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Hong Kong setelah 3 tahun. Ini kali ke-3 ke wilayah bekas koloni Inggris ini. Bukan hanya Hong Kong sik, sekalian saktu paket ke Shen Zhen dan Macau.

Kalau yang pertama kesana setelah hunting tiket murah air asia, yang kedua naik Cathay, kali ini naik China Airlines. Jangan ketuker sama Air China ya, bedanya China Airlines ini punya Taiwan, sementara Air China punya RRC. Buka-buka internet “katanya” China Airlines (CI) ini udah bintang 4 versi Skytrax. Jadi penasaran kan, gimana dalemannya? Hehe

Berangkatnya tengah malam (pfft) untung lounge masih ada yang buka. Setelah berlari-lari karena jadi penumpang terakhir yang belum naik, akhirnya sampai ke terminal 2E. Ribet karena di Soetta ini penumpang diperiksa dua kali, pertama ketika masuk ke counter chek-in, sekali lagi waktu mau masuk ke boarding room.

Akhirnya sampai juga di atas pesawat CI. Airbus 300, lumayan-lah. Pramugara-nya tua-tua, sementara pramugarinya lumayan muda. Tempat duduk so-so, tapi AVOD-nya kecil. Mungkin karena pesawat lama kali ya, sama dulu kayak Cathay dan Singapore Airlines (ngga tau deh kalau sekarang pesawat-pesawat baru mereka denger-denger udah diupgrade semua).

Makanannya standar. Cuma rada-rada pelit air minum doang hehe.. Kayaknya Pramugara/i-nya kurang fasih bahasa Inggris, lebih suka bicara dalam bahasa Mandarin. Haiya.. (-__-“). Untuk penerbangan tengah malam selama hampir 5 jam, udah males liat film dengan layar kecil. Mending tidur sahaja, karena biasanya kalau sampai pagi itu langsung digeber untuk jalan-jalan ketimbang langsung ke Hotel, karena belum waktunya chek-in juga kan?

Mendarat di bandara Cap Lai Kok, masih ternganga seperti biasa. Padahal bandara ini udah dibangun menjelang Hong Kong dikembalikan ke China, 16 tahun lalu. Penampilannya membuat Soekarno Hatta jadi njomplang, bagai bumi dan planet Jupiter.
Anyway, setelah ambil bagasi menujulah kita langsung ke ShenZhen. Wilayah RRC ini ditempuh sekitar 40 menit perjalanan darat. Beda dengan dua kunjungan sebelumnya, di Imigrasi HK sekarang sudah tidak pakai cap seperti biasa. Gantinya dapet secarik kertas kecil yang distaples dipaspor, nanti kalau keluar HK, diganti dengan secarik kertas keluar. Pun ketika melewati imigrasi China sudah tidak pakai stempel-stempelan lagi. Dan sekarang masuk China cukup pakai VOA. Tapi karena pakai tour ya semua sudah diurus tour leadernya.

Yang lucu selewat imigrasi, barang bawaan wajib X ray tapi ga ada petugas satupun dimesin itu. Ngga tau monitornya ada dimana ya?
Sebenarnya kalau boleh milih, udah cukup dua kali ke Shen Zhen, ngga mau lagi. Tapi ya ga pa-pa lah itung-itung sekalian nyari tumbler starbucks buat koleksi.. hue-hue-hue

Kota Shen Zhen sendiri dulunya cuma persawahan, tapi sekarang disulap jadi kota modern yang konon katanya menjadi kota paling kaya seantero China daratan. Dibangun dulunya buat menyaingi Hong Kong, biar orang-orang Cina nggak tergiur untuk menyeberang ke HK. Saat ini justru kebalik, penduduk HK banyak yang membeli property di ShenZhen, karena harga property di HK yang harganya fantastis. Jadi semacam kota satelit, pagi mereka kerja ke HK dan malam balik ke ShenZhen. Hebat ya, pergi-pulang kerja aja lewatin dua imigrasi yang berbeda, haha.. Karena walaupun Hong Kong dan Macau sudah dikembalikan ke China, tapi masih dapat perlakuan khusus selama 50 tahun kedepan (semenjak penyerahan kedaulatan). Jadilah dua teritori ini semacam menjadi Negara sendiri, dengan mata uang sendiri, imigrasi sendiri dan pemerintahan sendiri. Unik ya..

Wisata di Shen Zhen kemana lagi kalau bukanke Lou Wu. Semacam ITC mangga dua disini, isinya barang-barang palsu semua. Dari yang KW 1 sampai KW 1000. Mau belanja beneran, mall banyak, tapi harganya nggak kompetitif. Sama mahalnya seperti Jakarta (apa karena pengaruh kurs rupiah yang lagi jeblok $11.600 / USD ya?) tapi nggak juga ah. Semacam Zara atau Top Man, padahal label dikerahnya juga made in China, tapi harganya juwara. Nggak rekomen beli gituan disini.

Nginepnya di Century Hotel. Lumayan bagus untuk 4 bintang. Kalau mau jalan malam ke Lou Wu ya tinggal jalan 10-15 menit udah sampai, mereka tutup jam 10-11 malam. Kurang duit? Bias ambil ATM pakai ATM Indonesia yang sudah kerja sama (semacam master card – visa) kena biaya sekitar Rp.25.000

Tempat wisata di Shenzhen yang pasti dibawa adalah Windows of the world, dimana ada replica-replika bangunan icon dari berbagai Negara di dunia. Skalanya suka-suka ya, jadi kadang ada yang gede banget, seperti menara Eiffel ada juga yang kecil banget seperti Angkor Wat. Kalau nggak mau capek bias baik kereta gandeng, yang berhenti di tiga titik – kalau mau foto-foto, atau naik monorel (tapi kalau naik monorel ga bias berhenti2). Jangan lupa nonton pertunjukan Imax Flying over America. Bangkunya bisa naik dan bergerak-gerak seolah-olah ikutan terbang.

Tempat wisata lainnya, ada disebelahnya, Splendid China. Isinya adalah miniatur-miniatur rumah dan bangunan seantero china. Ada yang ukuran mini ada yang beneran, semacam TMII kali ya? Ada pertunjukan tari-tarian yang mewakili seluruh provinsi di China, ada pertunjukan kuda gaya-gaya tempo dulu, ada lagi show tari-tarian dimalam hari dengan panggung yang keren (pakai api-api dan laser gitu, jadinya show ini cuma ada ketika malam).

Dari Shenzhen besoknya ke Macau. Naik Ferry sekitar 45 menit kali ya? Bekas koloni portugis ini dikembalikan ke China tahun 1999. Tapi nuansa kolonialisme-nya masih tetap dipertahankan, seperti petunjuk-petunjuk lalu lintas dan arahan-arahan semuanya ditulis dalam bahasa Canton (bahasa resmi Macau dan Hong Kong) dan bahasa Portugis. Meskipun saya ragu apakah sekarang masih ada penduduk Macau yang bisa berbahasa Portugis. Ferry mendarat di terminal Ferry sebelah bandara Macau. Mereka baru punya bandara tahun 1993 setelah mereklamasi laut. Tapi penerbangannya sepi sih, termasuk kecil untuk ukuran bandara.

Yang unik buat penduduk China yang mau masuk ke Macau – dibatasi hanya 4 bulan sekali. Ini dikarenakan orang China daratan suka sekali berjudi, jadi pemerintah RRC membuat peraturan seperti itu. Karena itu kerap kali Visa Macau (yap – masuk Macau orang China daratan harus pakai Visa) sering dipalsukan penduduk China. Hal ini beda dengan Hong Kong, dimana warga RRC yang mau masuk HK bebas saja kapanpun. Mungkin karena di HK nggak ada kasino ya.

Macau, kota yang hidup dari judi. Luas awalnya cuma 11km persegi, teru-terusan direklamasi, sekarang luarnya mencapai 29,5km2. Termasuk mereklamasi laut antara pulau Taipa dan pulau Coloane, menghasilkan sebuah daratan yang dinamakan Cotai. Disini dibangun banyak kasino dan hotel mewah semacam Venetian dan City of Dream.
Tujuan wisatanya, mula-mula pasti diajak ke Kuil A- Ma, karena kuil ini asal-muasal nama Macau. Waktu itu orang portugis yang bertanya ke penduduk lokal nama tempat itu, penduduk yang tidak mengerti bahasa portugis mengira mereka menanyakan nama kuil, jadilah tempat ini disebut Macau. Di kuil ini ada sebuah batu besar dengan ukiran perahu, katanya kalau mau minta sesuatu, gosokkan uang dari ujung ke ujung trus simpan uangnya setahun. Satu permintaan satu lembar uang, dua permintaan dua lembar uang, begitu seterusnya. Biar nggak rugi pakai uang kertas 1000 rupiah-an aja ya, hue-hue-hue.

Pada saat menuju A-Ma Temple ini, pasti diajak melewati rumah Stanley Ho. Melewati jalan-jalan sempit, rumah Stanley Ho yang beristri 4 ini nggak istimewa banget. Biasa aja buat kita. Tapi luar biasa untuk penduduk Macau dengan lahan super sempit bisa punya rumah diatas tanah sendiri (bukan apartemen) pastinya orang kaya buangett.
So, siapa Stanley Ho? Dia mungkin orang terkaya disini, dari 33 kasino di macau, separuhnya milik Stanley Ho. Pria dengan 4 istri ini (istri pertamanya sudah meninggal) punya kekayaan sampai 2 milyar dollar AS. Huih..

Tujuan wisata lainnya sama, Reruntuhan gereja St. Paul, Macau Tower, Jembatan antara pulau Macau dan Taipa (heran nggak wilayah sekecil ini dengan hanya 500.000 penduduk punya 4 jembatan?) 3 jembatan menghubungkan Pulau Macau dan Pulau Taipa, satu lagi, Lotus Bridge menghubungkan Macau (Taipa) dengan wilayah Zuhai China. Ulasan wisata macau ini liat di posting saya yang dulu-dulu ya, males nulis berulang-ulang hehe..
Kalau mau ke mall silahkan ke Venetian macau, mall + kasino + hotel dengan tiruan Venesia lengkap dengan kanal-kanalnya. Bisa nyobain naik gondola juga kalau mau. City of Dream diseberangnya ada Hard Rock Café dan Hotel, ada mall, dan pertunjukan Bubble. Judulnya Dragon Treasure. Jadi ada satu ruangan mbulet yang dindingnya layar semua, trus diputer film animasi naga jadi seolah-olah hidup gitu. Liatnya juga garus sambil dongak. Ngga apa sih pegel dikit, cuma 15 menit kok hehe..

Selanjutnya dibawa ke hotel-hotel dengan lobby yang unik. Ada yang jam-jam tertentu ada pertunjukan air mancur dengan replika berlian besar ditengahnya (hotel Galaxy) atau hotel dengan lobby lantainya ada emas batangan (hotel Grand Emperor) ada-ada aja yak.
Buat yang mau lanjut, hiburan malam di Macau seperti gak ada tidurnya. Hiburan “dewasa” pasti ditawarkan ke peserta tour. Mulai dari tarian bugil sampai live show beneran. Yang main bule. Tiketnya 500 HKD kalau mau.

Hong Kong sendiri ya gitu-gitu aja. Wajib kunjung ke The Peak, bisa naik kereta kabel dengan kemiringan 45 derajat, ada Madame Tussaud disana. Dapat hotel yang lumayan jauh di New Territories, tapi ga berasa karena transport di HK termasuk OK, ada jalur subway dimana-mana. Cuma beda dengan Metro di Eropa yang jauh-dekat tarif sama, disini tarif berdasarkan jarak semacam di Singapura.

Mau belanja yang muramura bisa ke kawasan Tung Chung, didekat bandara kesono lagi. Produk branded yang lumayan murah ada disini. Kalau semacam Giordano dan Esprit emang murah gilak, tapi kalau Armani atau DNKY buat saya ya didiskon juga masih tetep aja mahal. Wajib foto kalau ke Hong Kong apalagi kalau bukan avenue of the stars, letaknya diujung Kowloon yang berhadapan dengan pulau Hong Kong diseberangnya. Kalau malam lampu digedung-gedung mulai dinyalakan jadi bagus banget.

Malamnya saya sempat keliling-keliling di Pulau Hong Kong ini, nyari-nyari Hard Rock Cafe yang buka lagi di kawasan LKF Tower. Nanya sama seorang petugas keamanan ternyata nggak bisa bahasa Inggris. Hai-ya.. bukannya kalian bekasnya koloni Inggris ya? hiyuh..

Yang sama saja yaitu tour guide lokalnya selalu mengeluh mahalnya sewa apartemen di HK, bahkan kuburan saja ada waiting list-nya, bisa 5 tahun nunggunya.Udah nunggu, ada masa pakaijuga sekitar 10-20 tahun kalau ga salah. Dimakamkannya juga dalam posisi berdiri, bukan baringan demi menghemat lahan (kalau kalian menuju ke The Peak pakai bus, akan melewati kompleks pemakaman ini). Saat ini pemerintah mendorong untuk mengkremasi saja orang-orang yang meninggal ketimbang dikubur.

Tapi diluar itu semua, Hong Kong termasuk kota yang aman. Jadi kalau ada waktu coba jalan-jalan ke HK. Dijamin pingin kesana lagi.. :-P


Friday, October 11, 2013

Lost in Lisbon

Tidak ada tanda-tanda yang jelas kalau kita pindah negara di Eropa, itu karena semenjak bergabungnya mereka menjadi uni eropa dengan status negara-negara Schengen, maka tidak ada lagi border dengan gerbang imigrasinya, jadi kadang nggak sadar kalau sudah pindah negara. Seperti perbatasan Spanyol – Portugal ini, cuma padang rumput aja gitu. Paling cuma ada tanda sign board “welcome to Portugal”. Anyway setelah melalui padang rumput dengan lading bit dan sapi-sapinya sampai juga di wilayah paling ujung barat semenanjung Iberia ini. Portugal termasuk negara tertua, tapi juga termasuk negara termiskin di Eropa. Dimasa lalu mereka punya koloni dimana-mana, tapi sekarang ya tragis gitu ya. Kolni terakhir mereka, Macau yang cuma disewa 99 tahun dari China, sudah dikembalikan sama yang punya di tahun 1999. Pun koloni mereka, Goa di India sudah direbut sejak lama oleh India. Brazil sudah lepas sejak dulu banget. Jadi tinggallah negara ini seupil plus dengan kepulauan Medeira di Atlantik.

BTW, jam di Portugal ini sama dengan GMT, alias maju satu jam dari Spanyol. Kota Lisbon adalah kota yang modern, gedungnya banyakan yang baru ketimbang bangunan lama. Ini terjadi karena pada tahun 1755 pernah terjadi gempa di Lisbon yang disertai Tsunami, menghancurkan kota ini. Saat itu gempanya diperkirakan mencapai 9 skala richter. Walhasil kota Lisbon yang sekarang adalah kota yang dibangun kembali diatas puing-puing kota lama. Ciri khas kota ini adalah Trem berwarna kuning dengan bentuk mirip mobil VW. Walau sekarang sudah diganti trem model baru, tapi trem lama ini tetap ada untuk tujuan wisata.




Tujuan wisata yang wajib kunjung adalah Jeronimos Monastery (biara Geronimo). Dibangun pada tahun 1459, bangunan ini awalnya merupakan rumah bagi ordo Hieronymte. Kemudian pada masa pemerintahan raja Mauel I, dimulailah pembangunan biara pada tahun 1501. Project ini selesai 100 tahun kemudian. Didalam biara ini terdapat makam Vasco da Gama. Yang suka sejarah, pasti tahu dong ya siapa beliau, sang explorer. Daerah-daerah pelayaran da Gama kemudian menjadi wilayah koloni Portugis, misalnya Brazil, Mozambique dan Goa, India.

Yang pantas dikunjungi juga yaitu Katedral Lisbon ( Santa Maria Maioe de Lisboa). Katedral ini awalnya dibangun tahun 1147, dan kemudian di modifikasi sana-sini mengikuti selera raja yang berkuasa, Setelah bencana gempa bumi, Katedral yang semula bergaya Roman diganti menjadi gaya Gothic pada masa Raja Alfonso IV.

Beberapa objek wisata lainnya di sini adalah jembatan 25 de Abril, yang mirip-mirip-mirip banget sama jembatan Golden Gate di San Francisco. Kenapa bisa mirip? Ya karena yang buat adalah perusahaan yang sama. Dibangun sejak 1962, jembatan ini selesai tahun 1966. Ada juga Santa Justa Lift, dulu bangunan tertinggi buat memandang kesekeliling kota Lisbon yang berbukit-bukit. Dan tak ketinggalan Belem Tower, yang dibangun di pinggir laut, yang masa lalu berfungsi sebagai pengawas kapal-kapal yang lewat dan sekarang bangunan ini menjadi Museum.

Kalau mau belanja, bisa turun di jalan “avenue da Liberdade” dijalan yang panjang lurus ini banyak toko-toko banded yang tersebar dikanan-kiri. Diujungnya ada alun-alun / Plaza Restauradores. Ada Hardrock café disini kalau yang suka koleksi kaosnya.. hehe.. Kesanaan dikit lagi ada Plaza Dom Pedro IV dengan patung dia ditengah-tengah. Ada dua air mancur cantik disini, tapi jangan terlalu dekat kalau berfoto, sebab angin disini kenceng banget sampai-sampai air mancurnya ikut ketiup angin.. bisa-bisa kebasahan nanti, haha..

Tidak banyak tempat yang dapat dikunjungi dalam waktu dua hari. Hari kedua saya meuju Fatima, sebuah kota rohani di utara Lisbon, kira-kira 120km. Walau nggak seterkenal Loudres di Perancis, tapi Bunda Maria sempat menampakkan diri disini didepan tiga anak gembala domba. Tempat ini sekarang sudah diakui Vatikan, jadilah kota Fatima menjadi salah satu kota wisata rohani Katholik. Yang unik, kalau mau berdoa dengan tradisi lama, harus jalan berlutut mengikuti garis putih yang dimaksudkan sebagai jalan kayu salib> lumayan jauh dari ujung keujung ada mungkin 300 meter.



Berawal dari 3 anak gembala (Lucia, Francisco dan Jacinta) melihat penampakan Maria ditahun 1917, sebanyak 6 kali kalau nggak salah. Kedua anak itu tidak berusia panjang, Jacinta meninggal tahun 1919 dan Francisco tahun 1920. Sementara Lucia kemudian menjadi biarawati dan meninggal tahun 2005. Sekarang, tempat penampakan Maria ditandai dengan salib kayu besar. Cara beribadahnya juga unik, kita harus berjalan dengan lutut sepanjang garis putih yang menuju ke capela das aparicoes. Disitu juga ada Chapel of the Apparitions and the Basilica of Our Lady of the Rosary, dimana didalamnya terdapat makam ketiga anak itu.

Kemudian, kembali ke Lisbon, saya mencoba naik Metro-nya. Harganya jauh-dekat € 1,40, plus tiketnya seharga €0,50 jadi total € 1,90. Tiketnya jangan dibuang, karena bisa dipakai lagi. Jadi kalau pakai tiket daur ulang ini, kita cuma bayar € 1,40 untuk pengisian selanjutnya.



Bandara Lisbon (Lisbon Portela Airport) termasuk kecil. Mungkin karena terletak dipusat kota cuma 15 menit saja dari hotel) membuatnya nggak bisa berkembang lagi. Denger-denger sih Lisbon mau bangun bandara baru, tapi nggak tau deh kapan.. apalagi sebenarnya kota ini juga bukan kota yang penting di Eropa, jadi ya nggak sibuk-sibuk amat kali ya.

Well, berakhir sudah trip jalan-jalan di Eropa tahun ini. semoga bisa balik lagi tahun depan dinegara lainnya :-p

Tuesday, October 8, 2013

Lost in Sevilla


Sevila adalah ibukota sekaligus kota terbesar dari daerah otonomi Andalusia. Ada 8 provinsi di daerah otonomus Andalusia ini, yaitu Almeia, Cadiz, Cordoba, Granada, Huelva, Jaen, Malaga dan tentunya Sevilla sendiri. Mungkin karena dekat Afrika, udaranya juga super hot, bisa mencapai 31 derajat dikala musim semi.

Di Sevilla masih bisa ditemukan peninggalan-peninggalan sisa kekuasaan bangsa moor arab dimasa lalu. Yang masih tersisa misalnya Katedral Sevilla. Dulunya mesjid sebelum hancur dan dirubah menjadi gereja. Tapi yang unik adalah menara mesjidnya masih utuh sampai sekarang, dan dirubah menjadi menara lonceng gereja. Menara ini disebut “Giralda” setinggi 105 meter. Kalau punya stamina yang cukup silahkan manjat sampai keatas. Jalan menuju ke atas menara ini dibuat melandai, dan bukan berbentuk anak tangga. Tapi tetep ya bo’ capekkk…





Didalam gereja ini juga ada makam Christopher Colombus. Sebenarnya awalanya Colombus ini dimakamkan di Valladolid, jauh di utara Spanyol, tapi kemudian atas permintaan anaknya yang saat itu menjadi gubernur di Hispanola (sekarang Republik Dominika) maka jasadnya dibawa kesana. Sewaktu Hispanola direbut Perancis tahun 1795, jasad Colombus dipindahkan ke Havana, Cuba. Setelah Cuba merdeka dari Spanyol tahun 1898, jasad Colombus akhirnya dibawa ke Sevilla, di Katedral ini. Ribet bener yaaa… hiyuh. Ironis juga karena sebenarnya dia lahir di Itali. Tapi karena dulu yang mau membiayai penjelajahannya menuju “dunia baru” cuma Spanyol, jadilah dia warga Spanyol.

Tempat lainnya yang bisa dikunjungi antara lain Torre del oro yang kalau diterjemahkan menjadi “menara emas”. Sebenarnya sama sekali nggak ada hubungannya dengan emas-emas-an, karena material yang dipakai untuk membangun menara ini adalah gabungan antara mortar, batuan lime dan jerami, dan karena posisinya tepat ditepian sungai, maka terlihat seperti warna keemas-emasan dari jauh. Dibangun diabad ke 13 oleh dinasti Al-Mohad, dikasudkan sebagai menara pengawas lalu-lintas kapal disungai Guadalquivir. Kemudian sempat menjadi penjara, dan sekarang menjadi museum.



Tempat wisata lainnya antala lain taman Maria Luisa, dan didekatnya ada Plaza de Espana. Plaza de Espana ini dibangun tahun 1929, pada saat Sevilla menjadi tuan rumah penyelenggaraan World’s fair. Didesign oleh Nicholas Forestier, bangunan ini menurut saya menjadi bangunan paling indah diseantero Sevilla hehe..

Tuesday, August 27, 2013

Lost in Granada


Ada apa di Granada? Objek wisata yang harus-harus-harus dikunjungi adalah Al Hambra. Berbau-bau arab ya? Emang sih, Ini adalah bekas istana dan sekaligus benteng peninggalan Dinasty Nasrid yang sempat menguasai selatan Spanyol. Sebenarnya awalnya dibangun sebagai benteng ditahun 889 Masehi, dan kemudian diperluas untuk istana juga ditahun 1333 oleh Yusuf I, Sultan Granada saat itu.

Alhambra dalam bahasa arab berarti “merah”. Dibangun tanpa konsep, jadi kalau ada penambahan ya diperluas saja, sehinga menjadikan kompleks istana ini bentuknya tidak persegi panjang ataupun tersusun rapi seperti istana-istana di Eropa lainnya. Tapi kalau urusan interior, wow, kereeenn.



Karena dalam islam gambar mahluk hidup seperti manusia atau hewan dilarang, maka dalam istana banyak diukir kaligrafi-kaligrafi dengan tulisan arab ataupun ukir-ukiran bergaya “arabesque” dimana-mana.




Di Alhambra ini terdapat kolam air dengan air mancur yang indah. Harus foto disini! Dan yang menjadi pusat apalagi kalau bukan air mancur “the court of the lions”. Meski katanya patung berambar hewan dilarang, tapi di air mancur yang terbuat dari marmer ini, melukiskan 12 singa yang membopong air mancur. Bagus banget!


Jalan keluar istana akan ada taman bunga mawar. Dan juga ada menara mesjid yang kemudian diubah menjadi tempat lonceng sewaktu wilayah Granada ini ditahlukkan orang Kristen. Sekarang kompleks Alhambra ini cuma dijadikan museum saja.

Wilayah Granada ini adalah wilayah muslim terakhir di semenanjung Iberia (Spanyol – Portugal sekarang) yang kemudian menyerah kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, tentunya setelah berlangsung perang Gradana selama 10 tahun (1482-1492).

Lost in Cordoba

Cordoba adalah salah satu daerah di Spanyol yang dahulu kala sempat diduduki kaum muslim Moor (bangsa di utara Afrika). Terletak di daerah otonomi Andalusia, di provinsi Cordoba. Objek wisata disini adalah Roman Bridge dan Mezquita. Mezquita ini dulunya adalah mesjid yang kemudian diubah menjadi gereja. Arsitekturnya mengingatkan kita pada mesjid Haram di Mekkah. Sekarang namanya menjadi Katedral Cordoba, walau istilah Mezquita juga masih dipakai.





Yang saya suka dari rumah-rumah di Cordoba ini adalah mereka menanam atau menggantung pot-pot didinding rumah dengan jalan-jalan lorong yang sempit. Mungkin ini untuk menangkal hawa panas daerah mediterania ini, sehingga jika bangunan berdempetan maka jalanan juga akan teduh.

Lost in Toledo

Toledo jaraknya sekitar 70km selatan Madrid, dahulu kala pernah menjadi ibu kota kekaisaran Spanyol. Dan menjadi kota kedua terpadat penduduknya didunia (waktu itu) dengan hanya 500.000 jiwa saja. Sekarang kota tua Toledo menjadi salah satu asset UNESCO semenjak tahun 1986. Jadi kita bisa lihat kota tua ini dipertahankan apa adanya, sehingga untuk masuk ke kota tua kita kudu berjalan kaki.

Beberapa objek wisata di kota Toledo ini antara lain Puerta del Sol, Puerta de Bisagra (gerbang kota) dan tentu saja Katedral Toledo yang dibangun tahun 587. Setelah ditakhlukan oleh bangsa Moor yang muslim, banyak didirikan mesjid disini. Namun setelah ditakhlukan kembali oleh Raja Alfonso VI (Raja daerah Leon dan Castile) maka banyak mesjid disini yang kemudian dirubah fungsi menjadi gereja.

Anyway sok kalau mau mampir kesini jangan lupa foto-foto yang banyak karena bagus banget arsitekturnya. Dan cuacanya lumayan hot-hot-hot, kira-kira 30 derajat dimusim semi.

Tuesday, July 9, 2013

Lost in Madrid (again)


Ini kali kedua masuk ke Ibu kota Spanyol ini. Penyakit kota terpadat ke-3 di Eropa dengan 3,2 juta penduduk ini adalah kemacetan. Ga separah Jakarta sih tapi tetap ada antrian yang cukup panjang disetiap lampu merah. Untuk mengatasinya, seperti juga di Jakarta, banyak dibangun under-pass di kota ini. Lebih baik ketimbang fly over yang merusak pemandangan kota kali ya..

Tujuan wisatanya ya sama kayak dua tahun yang lalu, yang pasti sih mengunjungi Royal Palace. Ini adalah istana raja. Walau sekarang raja nggak tinggal disitu, tapi disaat-saat acara kenegaraan masih dipakai juga. Walaupun sekarang turis boleh masuk, tapi ruangan yang dibuka untuk umum hanya 24 dari 200 total ruangan yang ada.

Diantaranya adalah ruang penerimaan tamu-tamu raja, ruang tahta, ruang jamuan makan kenegaraan sama ruang-ruang pamer tempat diletakkannya alat-alat makan dari masa raja terdahulu. Ada juga kapel istana, ruang bilyard, ruang kerja dan ruang obat. Selebihnya masih ditutup untuk umum. Oh ya, dan dilarang menjepret sedikitpun didalam, petugasnya dengan mata melotot mengawasi disetiap ruangan. Syeremm..

Selanjutnya dibawa berjalan-jalan ke Plaza de Colon. Ada patung Colombus berdiri ditengah-tengahnya. Disitu ada Hard Rock Café Madrid, yang guess what, petugasnya orang Indonesia yang lagi magang! Haha..

Tepat dibelakang Plaza de Colon ini ada daerah Salamanca, dimana kanan-kiri jalan banyak barang-barang branded. Kalau punya uang lebih ya silahkan berlama-lama disini.. Moi? Jalan-jalan cuci mata aja. BTW disini lampu merah juga ada pengemisnya lho, nggak sebanyak Jakarta sih, paling satu orang dan biasanya pendatang seperti kaum gypsi gitu.